Oposisi Biner Urban-Rural dan Mitos Keterbelakangan dalam Film Denias: Senandung Di Atas Awan
DOI:
https://doi.org/10.38010/deskomvis.v2i2.33Keywords:
Budaya Visual, Film Denias, Kajian Film, Mitos Keterbelakangan, Oposisi BinerAbstract
Meskipun perfilman Indonesia sempat mengalami mati suri pada tahun 1980-an hingga akhir tahun 1990-an, beberapa film yang diproduksi sineas muda saat ini akhirnya berhasil menembus pasar baik nasional maupun internasional. Beberapa film Indonesia pun telah meraih penghargaan dalam festival film internasional. Salah satu dari sekian judul film yang berhasil meraih penghargaan festival film internasional adalah “Denias: Senandung di Atas Awan” karya Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Film ini pun berhasil masuk nominasi Piala Oscar tahun 2008 untuk kategori film asing. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kajian untuk melihat strategi perfilman sineas muda yang sukses menembus pasar internasional, terutama dalam bentukan ekspresi budaya yang tervisualisasikan dalam film. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wujud ekspresi budaya melalui pendekatan Semiotika berupa oposisi biner dan mitos yang terdapat dalam film “Denias: Senandung Di Atas Awan”. Hasil yang diperoleh dalam kajian film berupa temuan-temuan sebagai berikut: (1) Film Denias menampilkan ekspresi budaya berupa oposisi biner antara masyarakat urban dengan masyarakat rural yang memunculkan benturan budaya dan perjuangan, (2) Film Denias memperkuat mitos keterbelakangan masyarakat rural dan superioritas masyarakat urban dengan memunculkan perjuangan Denias mempelajari ilmu sains dengan memunculkan oposisi biner antara modernitas dan tradisi. Kedua temuan ini mencerminkan adanya selera pasar internasional terhadap perjuangan dalam meraih impian dengan balutan superioritas ilmu pengetahuan dan sains.
Downloads
References
Benett, P. & McDougall, J. (2013). Barthes’ Mythologies Today. New York: Routledge
Ffrench, P. (2020). Roland Barthes and Film: Myth, Eroticism, and Poetic. London: Bloomsburry
Haryono, S. R., & Putra, D. K. S. (2017). Identitas Budaya Indonesia: Analisis Semiotika Roland Barthes Dalam Iklan Aqua Versi “Temukan Indonesiamu.” Acta Diurna, 13 (2), 67–88.
Ihwanny, R. & Budiman, M. (2021). Filmmakers’ aesthetic strategy against the politics of taste of European Film Festivals dalam Kasetsart Kournal of Social Sciences 42 (2021) 141-146
Larasati, C. E. (2014). Representasi Identitas Etnis Papua Dalam Film Lost in Papua. Commonline Departemen Komunikasi, 3 (3), 488–497.
Mudijiono, Y. (2011). Kajian Semiotika Dalam Film. Ilmu Komunikasi, 1 (1), 123.
Pateman, T. (2011). Rural and urban areas: comparing lives using rural/urban classifications. Reg Trends 43, 11–86 (2011). https://doi.org/10.1057/rt.2011.2
Qeis, M.I. (2021). Peranan Iklan Komersial Televisi Masa Siar 2003-2005 dalam Perubahan Sosial di Ukraina. Dalam Yuwono, U., Rahyono, F.X., & Christomy, T (penyunting). (2021). Semiotika Mencerap Tanda, Mendedah Makna. Jakarta: Wedatama WIdya Sastra.
Qeis, M.I., Muntazori, A.F., & Amzy, N. (2018). Visual Analysis of Fair & Lovely Commercial and How It Represents the Image of Nowadays Indonesian Muslimat dalam International Journal of Scientific & Technology Research 7 (11), 160-165
Setyaningsih, F. D. (2019). MAKNA SIMBOLIS EKSPRESI BUDAYA DALAM FILM “DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN.” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 11 (2), 254–269.
Shaw, D. (2015). European support for Latin America cinemas. Retrieved from http://mecetes.co.uk/european-support-latin-american-cinema/
Siagian, Gayus. (2010). Sejarah Film Indonesia: Masa Kelahiran-Pertumbuhan. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ
Wong, C.H. (2011). Film Festivals: Culture, people, and power on the global screen. New Brunswick: Rutgers
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2021 Samuel Arnold Septian, Difa Amirul Mu’min, Kartika Eka Cahyaning Widyanti, Silvanya Lima Bonita, M. I. Qeis

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.